Selasa, 26 November 2019

RUMAH

Aku itu tipe orang yang mencari kenyamanan. Nyaman dalam artian, hal-hal yang buat aku jauh dari stress. Awal-awal pernikahan banyak banget hal-hal yang buat aku stress, salah satunya yaa karena masih seatap dengan mertua. Dan konon katanya stress itu salah satu penyebab tak kunjung hamil. Sebenarnya mertuaku itu orang yang baik, baik banget malah.. Tapi kadang ada beberapa hal yang aku sama mertua tak sepemikiran, dan itu buat aku jadi lebih banyak mengalahkan egoku saat di rumah mertua. Oh dan tentu harus jaim kan, jadi tidak sebebas kalau di rumah sendiri.

Awal-awal aku menikah itu, sangat terobsesi untuk misah dari mertua. Karena tidak diijinkan untuk kontrak, jadi mau ga mau harus nyari nyari rumah kan. Tapi malang, awal perjalanan kami mencari rumah tak semulus bayangan kami. Sangat susah mencari rumah yang klik sesuai budget (menengah kebawah), rumah-rumah di daerah yang kami minati sekitaran ciputat-bintaro- pamulang harganya sangat fantastis sehingga kami harus mencari rumah lebih ke pedesaan sekitar wates-cinangka.

Waktu itu tahun 2015 aku dan suami sedang melihat-lihat perumahan yg lumayan enak dan nyaman menurutku, tapi untuk waktu itu gajiku dan suami ternyata sangat mepet, belum bisa untuk mengambil rumah itu. Sepulangnya dari situ di perjalanan kami berpapasan dengan seseorang yang sedang menuntun motornya. Sumpah, kalau diulang kembali ke scene itu, sangat berharap tidak dipertemukan dengan orang itu. Sebutlah inisialnya M, si M ini tiba-tiba menegor kami dan bertanya pada kami apakah kami sedang mencari rumah. Dan dengan polosnya kami mengiyakan, dan mengalirlah obrolan kalau dia sedang menjual tanah. Kami mau mau aja diajak diajak ketemuan untuk yang kedua kali hanya sekedar melihat-lihat tanah yang dia jual.

Setelah kami melihat-lihat beberapa tanah yang dia jual, awalnya kami ga minat sama sekali. Karena yang kami cari adalah perumahan, kalau beli tanah kapan kami bisa membangun rumahnya kalau dana kami saja terbatas. Malangnya ketemu dengan orang itu kami ceritakan dengan keluarga, dan malangnya lagi kakak ipar kami ingin melihat juga. Setelah kakak ipar melihat tanah yang di jual tersebut, ternyata mereka tertarik untuk membeli tanah tersebut seharga kurang lebih 100jt dengan luas kalau ga salah sekitar 200M2 lokasinya strategis di pinggir jalan.

Tak hanya sampai situ, ternyata si M ini juga mempertemukan dan memperkenalkan kami dengan Pak RW yang juga sedang menjual tanahnya. Awalnya memang kami sama sekali tak tertarik, seperti yang aku bilang dengan alasan tersebut di atas. Tapi kakak ipar dan mertua memaksa untuk melihat-lihat dulu, dan tak disangka ternyata mertua tertarik dan menyarankan pada kami untuk membeli nya. Setelah diskusi ini itu, dan meyakinkan diri dan mengecek beberapa hal, akhirnya kami mengambil rumah tersebut yang hanya seluas kurang lebih 100M2 dengan harga 60JT. Beruntung, karena kami tidak punya uang seperti kakak kami. Jadi kami membayar tanah tersebut dengan system cicilan. Tepat saat kami mencicil sampai 25JT, dan ya kami makin curiga setelah tanya2 tetangga sekitar bahwa tanah tersebut sengketa atau apalah. Akhirnya pak RW mengaku juga bahwa tanah tersebut bukan tanahnya. Lalu gimana dengan cicilan kami yang 25JT tersebut? Yah Pak RW berjanji akan mengembalikan uang tersebut dengan cicilan walaupun dari waktu itu sampai sekarang sudah berlangsung kurang lebih 4 thn belum juga lunas masih sekitar 19JT lagi.
Lalu bagaimana dengan kakak ipar, apakah si M itu penipu juga? Ya ! kami turut prihatin. Tapi sekali lagi itu musibah. Uang kakak ipar kami juga belum sepeser pun di kembalikan. Tentunya itu sebagian ada uang pinjaman dari mertuaku.

1 tahun berlalu tidak membuat kami surut untuk mencari rumah. Berbekal info dari teman suami, katanya ada perumahan Islami di daerah gunung sindur-parung. Namun masih saja kami bernasib sial. Bukannya ke perumahan yang dimaksud, kami malah kesasar ke perumahan lain, perumahan bersubsidi (KPR bersubsidi). Awalnya kami tidak terlalu tertarik melihat lokasinya yang masih seperti lagu ninja hatori (bukit dan lembah). Kami kemudian meninggalkan tempat tersebut untuk menuju ke tempat yang kami tuju sebelumnya dengan membawa leaflet kpr bersubsidi tersebut pastinya.

Setelah kami menuju lokasi yang dari info teman suami, lokasinya bagus strategis, tapi lagi lagi sepertinya kami tidak dapat mengambil kpr perumahan Islami tersebut karena harganya masih lumayan buat kantong kami. Dan kami pun pulang dengan meceritakan (lagi) hasil perburuan kami mencari rumah. Tak disangka saudara sepupu suami tertarik dengan KPR perumahan Islami tersebut, dan kami memutuskan untuk mengambil KPR bersubsidi yang mana lokasi ini berdekatan. Ketika cerita ke teman suami, teman suami pun ikut mengambil KPR bersubsidi tersebut. Kami mengambil rumah hook dengan DP 25JT dan 1JT untuk hook nya jadi total 26JT. Sialnya, pengembang kpr bersubsidi tersebut adalah pengembang abal-abal yang tak punya modal. Sehingga pembangunan mandek dengan kerugian sekitar 200KK*25JT. Bisa dibayangkan kan ? Meskipun pengembangnya sudah di penjara, namun uang kami tidak dapat kembali. Terpaksa kami harus merelakan uang tersebut. Hal yang sama pun terjadi dengan sepupu suami, tanah yang sedang proses KPR perumahan Islami tersebut masih sengketa, syukurnya karena pengembangnya Muslim dan masih memengang nilai2 ke-Islam-an, sehingga uang DP full dikembalikan.

Dengan kejadian tertipu dua kali ini, aku secara pribadi agak trauma untuk mecari rumah. Sehingga kami memutuskan untuk tetap tinggal di rumah mertua dulu sambil mengumpulkan uang yang cukup untuk mengambil perumahan yang tidak abal-abal lagi. Sesungguhnya dalam pencarian rumah ini, aku sendiri kadang pun masih ragu-ragu antara dua pilihan. Menabung untuk promil kah mengingat untuk promil ini butuh biaya yang tidak sedikit, atau untuk rumah terlebih dahulu. Meskipun dulu awal-awal menikah berharap ingin punya rumah dulu baru punya anak, tapi sungguh ini bukan lah yang sebenarnya do'a. Wallahu'alam, ternyata baru dikasih hamilnya setelah 5 tahun menikah, 3 bulan setelah menempati rumah sendiri.

Setelah tertipu dua kali itu, sambil menabung kami fokus untuk promil. Sehingga niat kami waktu itu, ya sudah lah kalau nyari rumah kan ga bisa sebentar dan umur kami pun makin bertambah, jadi kami niatkan benar-benar untuk memiliki momongan terlebih dahulu.
Qadarullah aku diuji oleh Allah dengan sakit yang mengharuskan kami untuk mengabaikan keduanya antara rumah dan anak sekitar tahun 2018. Fokus kami menjadi aku ingin sembuh, ingin sehat.

Setelah ujian sakit ini berlalu, alhamdulillah subhanallah, dengan bantuan Allah kami bisa mengatasinya. Tidak lama dari aku operasi, aku dapat tawaran kpr dari istri teman kantor. Waktu aku info ke suami, sebenarnya kami belum berniat untuk mencari rumah karena kami sama sekali belum ada dana. Waktu suami lihat, suami tertarik dan mengajakku untuk sekedar melihat.

Akhirnya aku membuat janji ketemuan dengan istri teman kantor. Dan setelah kami melihat lokasi dan memastikan segala hal terkait pengembang fiktif atau bukan, dengan ijin Allah dan Allah mudahkan kami dalam prosesnya dan semuanya. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Kami dapat memiliki rumah itu, dengan DP ringan dan cicilan yang terjangkau buat kami.

Setelah akad rumah sekitar agustus-september 2018, ternyata ada sisa DP rumah di tabungan. Dengan pertimbangan matang, kami ingin mencoba inseminasi. Qadarullah kami belum berhasil dengan dua kali proses insem. Dan qadarullah lagi, sakit sebelum operasi muncul kembali.
Terakhir konsul dokter, alhamdulillah dokter sangat mensupport kami. Mengatakan bahwa kami masih muda,  masih banyak kesempatan untuk hamil. Tidak perlu operasi lagi. Sehingga kami memutuskan untuk relax, dan melakukan aktivitas lainnya yakni persiapan untuk pindahan rumah.

Kami mulai menempati rumah kami pas banget 1 minggu mau puasa Ramadhan sekitar bulan sekitar bulan Mei 2019. Alhamdulillah 3 bulan setelah menempati rumah yakni bulan September 2019 aku berhasil hamil alami, tanpa promil apapun. Meskipun kehamilan ini masih belum rezeki kami, yang pada akhirnya aku keguguran tepat di hari ulang tahunku tanggal 11 Oktober 2019.
Tapi tidak mengapa, dari kehamilan itu kami berdua sudah sangat sangat bersyukur. Allah sudah kasih petunjuk buat kami, bahwa kami bisa punya momongan meskipun belum saatnya.
Paling tidak, menjadikan kami untuk terus dan lebih berprasangka baik sama Allah.

Allah lebih tahu yang terbaik bagi kami berdua. 

Tidak ada komentar:

Kehamilan Kedua

            Waktu itu tanggal 7 Februari 2021, ada seseorang share di grup wa tentang seleksi beasiswa S2 tazkia jurusan magister ekonomi sy...